DERAP LANGKAH PARA GHAZI MENUJU SATU CITA-CITA~Resensi Novel The Chronicles of Ghazi

Judul                : The Chronicles of  Ghazi
Pengarang        : Sayf Muhammad Isa dan Felix Y. Siauw
Penyunting        : Alfatih Team
Penerbit            : ALFATIH PRESS
Cetakan            : II
Tebal Buku        : 359 halaman
Tahun Terbit      : 2016
ISBN                 : 978-602-719-861-6




DERAP LANGKAH PARA GHAZI MENUJU SATU CITA-CITA



Novel ini menceritakan tentang langkah para ghazi menuju satu cita-cita, penaklukan Konstantinopel. Muhammad Al-Fatih terus tumbuh dan mengumpulkan kekuatan untuk menuntaskan janji Rasulullah saw itu. Dia mencari senjata terbaik, belajar memimpin dan berguru kepada para ulama.
Di tempat lain, Vlad Dracula tenggelam dalam dendamnya. Dia menghimpun kekuatan gelap yang menjadikannya kejam dan sadis lewat ritual-ritual mengerikan. Dia berguru kepada setan dengan darah dan kengerian. Dia akan menjadi lawan yang sepadan.
Pasukan Hungaria itu mendekati tepian sungai. Mereka ingin cepat-cepat melintasi sungai itu sambil mencuci muka atau mengisi kantung-kantung air mereka yang telah mengering. Air memang membawakan kehidupan bagi jiwa-jiwa yang kehausan.
Hunyadi menggerakkan kudanya untuk mendekati Sigismund. Ada sesuatu yang hendak dibicarakannya. Yang Mulia, katanya, lebih baik kita mendirikan kemah dan bermalam di sepanjang lembah ini. Sebab hari telah semakin sore. Akan cukup berbahaya jika kita kemalaman di dalam hutan. Besok pagi-pagi sekali kita lanjutkan perjalanan! Jika tidak ada halangan, kita akan tiba di pusat Transylvania setelah berjalan seharian.
Sigismund mengangguk. Baiklah, lakukanlah apa yang kau anggap perlu!.
Hunyadi baru saja hendak melecut kudanya untuk memberi perintah kepada seluruh pasukan, ketika Barbara mengarahkan telunjuknya lurus ke depan.
Serta-merta Hunyadi mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi untuk memberi tanda agar seluruh pasukan berhenti melangkah. Semua orang menatap ke depan, ke arah yang ditunjuk Barbara.
Di sana, di seberang sungai yang mengalir dengan tenang itu, ada dua orang prajurit yang menunggang kuda. Semua pandangan mata milik orang-orang yang ada di barisan terdepan pasukan Hungaria itu tertuju ke sana. Semuanya bertanya-tanya tentang siapakah kedua prajurit berkuda itu. Tiba-tiba Hunyadi menyadari sesuatu.
Turki Utsmani, gumamnya.
Sigismund menoleh kepada Hunyadi sambil membelalak. Kemudian dia kembali mengarahkan pandangannya kepada kedua prajurit berkuda yang ada di seberang sungai.
            Novel ini berhasil membawa pembaca dapat merasakan apa yang terjadi dalam cerita melalui kalimat-kalimat yang mendeskripsikan cerita.
“...Sorban Sultan Muradterpasang di kepalanya dengan terhormat dan sederhana.Sorban itu terlihat menggelembung besar dan terlihat berat. Namun, seperti...” (Siauw, 2016, hal 11)
 Beberapa kata asing juga dijelaskan pada catatan kaki dengan jelas.
18Moses, atau dalam islam adalah Musa. Seorang nabi yang mukjizatnya membelah Laut Merah” (Siauw, 2016,hal 140)
Namun, kekurangan dari novel ini adalah cover buku yang kurang rekat dengan lembaran bagian dalam terlepas itu sama seperti cetakan buku lain atau hanya yang saya beli.

            Novel ini sangat cocok untuk pemuda karena banyak nilai-nilai sejarah. Selain itu, novel ini juga mengandung banyak hikmah kebaikan didalamnya sehingga dapat dibuat pelajaran untuk para pemuda.

Resensi oleh : Ghazi T

Diposting tanpa perubahan penulisan.
Penayangan di blog ini telah disetujui oleh pemilik tulisan.

Mau Kreasi Fotomu jadi WPAP? Pesan Sekarang Juga!, cek di sini >>> mriki

IG : @zi.taqiy

Related Post

Previous
Next Post »